Ket.Fambar : Proses Makanan Untuk Warga Binaan.
Labuhanbatu – Di balik tembok Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Rantauprapat, ada perhatian serius terhadap kualitas hidup warga binaan, dimulai dari hal yang paling mendasar makanan.
Pengadaan bahan makanan (BAMA) di Lapas ini bukan sekadar rutinitas, melainkan proses yang diawasi ketat untuk memastikan higienis, bergizi, dan tepat sasaran.
Kepala Lapas Kelas IIA Rantauprapat, Khairul Bahri Siregar, menegaskan bahwa tahapan pengadaan telah dilakukan sesuai Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) No.12 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri Imipas Nomor 1 Tahun 2025.
“Pengadaan bahan makanan dilakukan terbuka melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) mulai tahap seleksi administrasi hingga survei lapangan. Setiap vendor yang ikut wajib memenuhi kualifikasi ketat, mulai dari sertifikasi makanan, pengecekan gudang penyimpanan, hingga transportasi,” kata Khairul pada Kamis (6/11/2025)
Kalapas menekankan pengawasan internal dan eksternal selalu terlaksana dengan cermat .
“Kami memiliki pengawas internal untuk menjaga kwalitas dan hiegenis makanan dari Seksi Pembinaan dan petugas/kepala dapur, serta melibatkan pengawasan dari kantor wilayah agar proses kontrak berjalan maksimal dan tidak ada penyimpangan,” beber Kalapas.
Proses ketat juga berlangsung di dapur Lapas. Kepala Seksi Pembinaan Narapidana, Marlon Brando, menjelaskan bahwa bahan makanan diterima setiap hari, ditimbang, diperiksa, dan disimpan sesuai standar, kata Marlon.
Selain itu, Menu harian sudah terencana, dari hari pertama hingga kesepuluh, dan seluruh proses memasak diawasi pegawai bersertifikat Tata Boga. Higienis dan bergizi tetap jadi prioritas utama.” kata Marlon pada media.
Warga Binaan selaku penanggung jawab keseharian ( Tamping Dapur ) , sebut saja SP yang ditunjuk oleh manajemen Lapas menambahkan mengatakan sayuran dicuci bersih, ikan disiapkan dengan teliti, bumbu lengkap, dan sampel makanan diambil sebelum disajikan, terangnya.
“Tidak ada yang diserahkan begitu saja semua diawasi agar warga binaan menerima makanan sehat.” tutur SP selaku tamping.
Lebih dari sekadar memasak, pengadaan BAMA di Lapas ini menjadi cerminan komitmen lembaga pemasyarakatan terhadap transparansi, akuntabilitas, dan kesejahteraan warga binaan.
“Ini bukan sekadar kewajiban, tapi tonggak kami dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Kami ingin setiap warga binaan menerima makanan yang layak, sehat, higienis, dan bergizi, sambil memastikan seluruh proses diawasi dengan baik.” kata Kalapas.
Dengan standar tinggi ini, Lapas Kelas IIA Rantauprapat membuktikan bahwa pelayanan di lembaga pemasyarakatan bisa humanis, profesional, dan transparan—sebuah contoh bagaimana perhatian terhadap detail kecil bisa berdampak besar pada kehidupan warga binaan.(DR)



























