Bandar Petalangan (Sinarriau.com) – Warga Desa Tambun kembali menggelar tradisi Mandi Belimau, ritual penyucian diri menjelang bulan suci Ramadan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Berlangsung di Sungai Tambun, acara ini dimulai pada Jumat sore pukul 16.00 WIB, dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, perangkat desa, serta warga dari berbagai kecamatan.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Desa Tambun Hendri T., Ketua BPD Masronito Hamzah, dan Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Zulkifli A, Derangkat Desa, serta ribuan masyarakat sekitarnya. Selain sebagai ajang silaturahmi, acara ini menjadi bentuk nyata pelestarian budaya yang memperkuat nilai-nilai adat dan spiritual dalam masyarakat Melayu.
Menjaga Tradisi, Memperkuat Silaturahmi
Acara Mandi Belimau tahun ini diselenggarakan oleh Organisasi Pemuda Desa Tambun bekerja sama dengan Pemerintah Desa Tambun. Ketua pelaksana, Muhammad Erik, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi, baik dari segi tenaga, biaya, maupun dukungan lainnya.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Tambun, Hendri T., menegaskan komitmen pemerintah desa dalam menjaga kelestarian tradisi ini serta mengembangkan potensi sungai desa sebagai objek wisata budaya dan religi.
“Insyaallah, tahun depan dan seterusnya acara ini akan terus terlaksana dengan kerja sama semua pihak. Sungai di Desa Tambun memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Mudah-mudahan terwujud, dan ke depan, kami akan membangun panggung khusus untuk prosesi Mandi Belimau. Yang terpenting, jaga keselamatan dan ikuti arahan panitia,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Panitia Muhammad Erik berharap agar tradisi ini semakin berkembang dan tetap dicintai oleh generasi muda.
“Alhamdulillah, acara tahun ini berjalan lancar berkat kerja sama semua pihak. Tradisi Mandi Belimau bukan sekadar ritual, tetapi juga warisan budaya yang mempererat persaudaraan. Semoga ke depan, kegiatan ini bisa lebih besar dan menarik perhatian lebih banyak orang, termasuk generasi muda agar tetap mencintai budaya leluhur kita.
Prosesi Mandi Belimau: Ritual Pembersihan Diri
Rangkaian acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, sebelum masyarakat secara bergantian menjalani prosesi mandi di tepian sungai.
Beberapa bahan utama dalam ritual ini meliputi:
✅ Air Sungai – Melambangkan kesucian dan kehidupan.
✅ Daun atau jeruk belimbing wuluh – Memiliki aroma khas serta makna simbolis dalam menyucikan diri.
✅ Bunga-bunga harum – Melambangkan keharuman hati dan niat suci sebelum memasuki Ramadan.
Pemuka adat dan ulama turut memimpin jalannya ritual, memastikan setiap tahapan berjalan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya Melayu.
Sejarah dan Makna Budaya Mandi Belimau
Mandi Belimau telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Melayu sejak zaman dahulu. Ritual ini tidak hanya bertujuan membersihkan diri secara fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual untuk menyucikan hati dan pikiran sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
Di berbagai daerah di Sumatra, prosesi ini memiliki variasi. Ada yang menggunakan air bercampur jeruk purut atau pandan, sementara di tempat lain, ritual ini dikombinasikan dengan doa khusus atau pengajian sebelum prosesi mandi.
Dari perspektif agama, Mandi Belimau sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan kebersihan lahir dan batin sebelum menjalankan ibadah. Sementara dalam adat Melayu, tradisi ini memperkuat nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, serta penghormatan terhadap alam dan warisan leluhur.
Antusiasme dan Kesan Masyarakat
Masyarakat yang hadir mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaan karena dapat mengikuti kembali tradisi ini.
Anto (45 tahun), warga setempat, mengatakan bahwa Mandi Belimau bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana mempererat hubungan antar warga.
“Rasanya lebih khusyuk menyambut Ramadan setelah menjalani Mandi Belimau ini. Ada suasana yang berbeda, seolah kita benar-benar dibersihkan dari segala dosa,” ujarnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat sekaligus mantan Ketua BPD, Muktaridi, turut memberikan pandangannya.
“Tradisi ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan kebersihan dan niat yang suci dalam menjalankan ibadah. Selama dilakukan dengan niat yang baik, tradisi ini sangat positif,” katanya.
Harapan ke Depan: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya, Desa Tambun berencana menjadikan Mandi Belimau sebagai agenda tahunan yang lebih besar dan lebih terorganisir.
Pemerintah desa juga akan mengembangkan potensi wisata sungai, agar tradisi ini menarik lebih banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah.
Dokumentasi acara, termasuk foto dan video, akan dibagikan sebagai bagian dari upaya memperkenalkan budaya ini ke khalayak yang lebih luas.
Melalui Mandi Belimau, masyarakat Desa Tambun tidak hanya membersihkan diri secara fisik, tetapi juga mempererat ikatan sosial serta memperkokoh identitas budaya Melayu yang kaya akan nilai spiritual dan kebersamaan. (Diky Hr- Red)